Sabtu, 01 Oktober 2011

Jangan Cemas!!!

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Kecemasan sering melanda diriku. Kecemasan itu datang dan pergi tanpa penyebab yang jelas. Kecemasan tersebut membuatku mengalami kegelisahan berat sehingga aku mengira telah masuk ke dalam zona ‘gejala sakit jiwa’. Kecemasan senantiasa berada dalam jiwa karena aku tanpa sengaja telah memeliharanya. Memelihara kecemasan itu bagaikan memelihara anak harimau yang semakin hari akan semakin ganas dan akhirnya akan melumatku sampai tanpa sisa. Kecemasan sangat melelahkan lebih daripada seabrek-abreknya pelayanan. Kecemasan akan merusak kebahagiaan karena membuatku ragu untuk melangkah.
“Tuhan, betapa tersiksanya aku karena kecemasan ini”, aku berseru kepada-Nya seperti Daud mendaraskan mazmur. Tuhan menunjukkan kepadaku pengalaman iman anak Tuhan yang bergulat dengan berbagai problema kehidupan. Pada tengah malam aku datang ke rumah sakit untuk memberikan sakramen perminyakan suci kepada seorang bapak yang menderita kanker ganas. Ia berusia empat puluh enam tahun. Wajahnya cerah penuh keceriaan sehingga membuatku tidak mengira kalau ia sedang bergumul dengan penyakit yang mematikan. Ia berusaha menyembunyikan penyakitnya agar dapat bekerja demi kedua anaknya. Ketika  rasa sakit datang, ia selalu mengatakan bahwa sakit maagnya sedang menyerangnya. Alasannya ini hanya semata-mata untuk menghilangkan kecemasan dari istrinya. Ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa biaya yang seharusnya untuk pengobatan baginya lebih baik digunakan untuk biaya sekolah anak-anaknya. Ia datang dari luar kota dan bekerja di perusahaan teman sekelasnya. Ia dengan istrinya tinggal di rumah kontrakan. Kedua anaknya sedang menuntut ilmu di kota asalnya.

Ketika ia harus berbaring di rumah sakit karena penyakitnya sudah parah, anak sulungnya baru saja lulus dari universitas dan sedang mencari pekerjaan di  kota metropolitan. Gelar sarjana anak sulungnya memberikan kebahagiaan yang tak terhingga kepadanya karena pengorbanannya tidak sia-sia. Ia senantiasa tersenyum kepada siapa saja. Dengan tersenyum, ia mau menunjukkan kepada orang bahwa ia sangat menghargai berkat daripada persoalan. Ia pun tidak cemas dalam menghadapi ketidakpastian masa depan. Prinsip hidupnya: “Jangan cemas dengan kehidupan, jangan menyerah kepada kesulitan, tetapi majulah terus karena Tuhan menunggu di sana!” Sharing ini membuatnya bahagia. “Terimakasih, Pastor, atas waktunya untuk mendengarkan aku”, katanya. Sebelum pulang, aku memberikan sebuah rosario kepadanya seperti kebiasaanku bagi orang-orang sakit yang aku kunjungi. Ia langsung mengalungkan rosario itu sambil berkata: “Terimakasih Tuhan dan terimakasih Pastor, Bundaku sekarang ada di dadaku”. Esok sorenya pukul 17.00, ia menghadap Allah Bapa dengan kedua tangannya memegang salib rosario yang terkalung di dada.

Setelah mengikuti perlombaan olahraga antar lingkungan wilayah Tiga Raksa – Paroki Santa Odilia Cikupa, aku bergegas menuju rumah duka yang sederhana untuk merayakan Misa Requem baginya. Ketika aku mendoakan istri dan kedua anaknya, mereka menangis sambil membisikkan beberapa kalimat yang mengesankan ke telingaku. Mereka menagis bukan hanya karena perginya orang yang menjadi andalan keluarga, tetapi karena pesannya beberapa saat sebelum menghadap Sang Pencipta: “Jangan cemas dalam melanjutkan kehidupan karena Tuhan pasti memelihara”.

“Terimakasih Tuhan, Engkau telah mengajarkan aku untuk tidak takluk terhadap iblis galak yang bernama kecemasan melalui seorang bapak yang mampu merobohkan kecemasan sampai pada akhir hayatnya”, doa syukurku  kepada-Nya. Kecemasan adalah singa ganas yang aku ciptakan sendiri. Aku tidak akan membiarkan kecemasan mencuri masa depanku. Aku tidak akan memperbolehkan iblis gila tertawa termehek-mehek melihatku sibuk berkutat dengan kecemasan. Berkutat dengan kecemasan merupakan pemborosan usia. Daripada berkutat dengan kecemasan lebih baik berkutat dengan iman. Tingkatkan iman anda, maka kecemasan akan lari tunggang-langgang dari gelanggang kehidupan! Pemazmur mengatakan: “Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku ?” (Mazmur 56:5). 


[reginacaeli.org]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ads1

Feature